Lompat ke isi utama

Berita

Menjaga Daulat Rakyat

BANGSA Indonesia berhasil mengukir prestasi cemerlang dalam proses penguatan konsolidasi demokrasi. Pemilu tahun 2019 ini adalah wujud nyata karya peradaban besar yang berhasil ditunjukkan bangsa Indonesia kepada masyarakat dunia. Betapa tidak? Indonesia berhasil menyelenggarakan pemilihan umum yang diikuti oleh 192 juta pemilih, digelar pada hari yang sama untuk lima pemilu sekaligus. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

Meski harus diakui ada sejumlah persoalan yang muncul dan mewarnai pemilu kali ini, namun semestinya itu hanya cukup diposisikan sebagai dinamika dan semacam “kerikil-kerikil” kecil yang niscaya, tanpa menafikan kesuksesan hajat implementasi kedaulatan rakyat ini.

Sukses pelaksanaan Pemilu tahun 2019 ini ditopang oleh kerja-kerja terukur dan sistematis para penyelenggara pemilu di semua jenjang. Termasuk kerja yang terencana dari jajaran pengawas pemilu di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan hingga pengawas TPS. Seluruh jajaran pengawas di semua tingkatan itu saling bergandengan tangan bersama-sama menuntaskan tugas mengawal daulat rakyat sampai titik paripurna.

Tugas konstitusional itu sudah dilakukan sejak pertama kalinya tahapan pemilu dimulai dari verifikasi partai politik peserta pemilu, tahapan pencalonan, penyusunan daftar pemilih yang berjilid-jilid, pengawasan tahapan kampanye yang selalu berjibaku dengan konflik, dan puncaknya tahapan pemungutan, penghitungan suara dan rekapitulasi yang benar-benar pelaksanaanya sangat dramatis.

Mengapa dramatis? Ya puncak tahapan pemilu ini memang menyita perhatian yang luar biasa. Beban pekerjaan penyelenggara untuk menyelesaikan tahapan ini memicu terjadinya berbagai insiden. Beberapa penyelenggara pemilu jatuh sakit dan bahkan akhirnya meninggal dunia.

Termasuk dua pengawas di Kabupaten Purworejo yang akhirnya meninggal dunia saat sedang menjalankan tugas. Kedua pejuang demokrasi tersebut adalah Muhtarom, pengawas TPS dari Desa Kalisemo, Kecamatan Loano dan Nur Hadi, Pengawas Desa dari Megulung Lor, Kecamatan Pituruh, Purworejo.

Duka mendalam dirasakan oleh keluarga besar Bawaslu Kabupaten Purworejo. Cerita kedua pejuang demokrasi dari Kabupaten Purworejo yang wafat dalam tugas itu setidaknya merupakan manifestasi bukti nyata atas dedikasi, loyalitas, dan pengorbanan para pengawas pemilu di negeri ini, yang telah bekerja melampaui kewajiban yang semestinya.

Dari pagi hingga pagi lagi, meninggalkan keluarga, berkonflik dengan berbagai pihak, dan bahkan mengambil risiko yang tidak kecil. Begitulah penggalan kecil atas dedikasi itu. Sebuah sumbangsih yang dengan ikhlas diberikan. Bukan sekedar untuk menebus honor bulanan, tapi benar-benar untuk menuntaskan tugas mengawal daulat rakyat.

Karena mereka sudah meyakini bahwa “Menjaga Hak Pilih” yang menafasi mars pengawas pemilu merupakan doktrin yang harus dijaga dan bahkan diyakini mengandung dimensi spiritualitas. Akhirnya, kami semua pengawas pemilu di Kabupaten Purworejo berharap, semoga seluruh pengorbanan dari semua pengawas pemilu di negeri ini dicatat sebagai ibadah oleh Allah SWT Tuhan YME dan lembaran sejarah negeri ini akan mencatat bahwa ada anak negeri ini yang telah mewakafkan dirinya untuk mengawal proses pemilu, menjaga rakyat menggunakan daulatnya. (BP-01)

“Bersama Rakyat Awasi Pemilu, Bersama Bawaslu Tegakkan Keadilan Pemilu” Salam Redaksi !!!

Tag
Redaksi