Narasi Positif Perangi Covid
|
Oleh: Nur Kholiq (Ketua Bawaslu Kabupaten Purworejo)
MEMASUKI bulan April 2020, virus corona atau covid-19 masih menjadi lakoning jagad. Dampak atas ulah makhluk tak kasat mata ini terus menjadi media daring. Statistik kasus positif, Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pengawasan (ODP) konsisten di podium trending topic pemberitaan. Kebijakan social/physical distancing pun masih diberlakukan.
Pemerintah memperpanjang penyesuaian sistem kerja dengan pola work from home (WFH) hingga 21 April 2020. Kebijakan yang segera diikuti Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), disertai imbauan kepada seluruh jajarannya untuk mematuhi protokol pencegahan. Tetap jaga jarak serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Bawaslu RI melalui Surat Edaran Nomor: 0073/K.BAWASLU/PR.03.00/III/2020 itu bahkan membatasi jajarannya untuk mudik. Termasuk mudik Lebaran Idul Fitri 2020 yang kita semua tahu sudah menjadi tradisi tahunan menjelang Lebaran. Satu lagi yang menarik: jajaran pengawas pemilu diminta untuk menyampaikan informasi yang positif kepada masyarakat terkait pencegahan penyebaran covid-19.
Bagi saya, imbauan yang terakhir ini menarik. Setidaknya untuk dipikirkan. Penyelenggara pemilu diberikan tugas yang sama sekali tidak bersangkut paut secara langsung dengan dunia kepemiluan. Tapi dalam kacamata kemanusian, maka tugas itu menemukan alasan.
Semua orang, tanpa perlu dilihat latar belakang profesi, pekerjaan, status ekonomi atau variabel apapun sebenarnya punya tanggung jawab moral yang sama. Karena virus corona tak pernah memilih dan memilah, siapa yang akan menjadi target serangannya. Perang melawan corona sesungguhnya adalah perang semesta yang mengharapkan keterlibatan seluruh umat manusia.
“Menyampaikan informasi yang positif”. Begitu seruan kepada jajaran pengawas pemilu. Wujud kontribusi yang mungkin bisa disumbangsihkan dengan harapan memberikan kemanfaatan. Saya meyakini kebijakan itu diputuskan bukan serta merta atau sekedar latah tanpa alasan dan landasan pikir.
Maqalah dari tokoh kedokteran muslim Ibnu Sina (980-1037), di dunia barat dikenal dengan sebutan “Aviecenna”, yang belakangan ini viral bisa dipahami sebagai landasan filosofis atas kebijakan Bawaslu tersebut.
Kepanikah adalah separo penyakit
Ketenangan adalah separo obat, dan
Kesabaran adalah permulaan kesembuhan
Ibnu Sina bukan pemikir berlabel ecek-ecek. Bukan pula tokoh yang asal bunyi (asbun). Dunia barat mengakuinya sebagai ilmuwan. Tokoh yang dikenal sebagai “Bapak Kedokteran Modern” kelahiran Persia (sekarang Iran) ini merupakan seorang filusuf yang sebagian besar karyanya adalah tentang filsafat dan kedokteran. Apa yang disampaikan Ibnu Sina di atas jelas memberikan petuah bagi kita semua. Kunci dari proses penyembuhan adalah ketenangan suasana kebatinan. Bahkan ketenangan menjadi setengah dari obat.
Pelajaran tentang pentingnya ketenangan juga tercermin dari kisah seperti diceritakan dalam Kitab Hilyatul Aulia karya Abu Nu’aim Ashfani. Sebagaimana dikutip dari laman NU Online, diceritakan: suatu masa pada ratusan tahun lalu terjadi wabah, semacam virus corona di zaman ini, yang menyerang Kota Damaskus (Siria).
Dikisahkan, dalam perjalanan menuju Kota Damaskus, segerombolan wabah virus itu bertemu salah satu Wali Allah yang punya kelebihan berkomunikasi dengan makhluk yang tak kasat mata tersebut. Wali Allah menanyakan maksud dan tujuan wabah virus tersebut. Dijawab bahwa wabah virus itu diutus Allah menuju Kota Damaskus selama dua tahun untuk merenggut seribu nyawa. Dua tahun kemudian, ternyata korban wabah virus yang meninggal jumlahnya mencapai lima puluh ribu orang. Wali Allah itupun menanyakan ke wabah virus tersebut kenapa jumlahnya lebih dari target awal. Wabah virus itu menjawab memang hanya seribu orang yang meninggal karena wabah virus. Sisanya empat puluh sembilan ribu orang meninggal karena kepanikan.
Cerita yang diuraikan Abu Nu’aim Ashfani dalam kitab Hilyatul Aulia itu semakin menguatkan bahwa ketenangan sangat penting dalam menghadapi wabah penyakit. Kepanikan hanya akan membuat jumlah korban semakin banyak. Demikian juga dalam menghadapi pandemi corona, diperlukan ketenangan. Tentu dengan tetap meningkatkan kewaspadaan dan pencegahan.
Saya melihat, Bawaslu mencoba mengambil peran itu. Menggerakkan sumber dayanya agar turut serta menciptakan ketenangan di tengah masyarakat. Membangun narasi-narasi positif dalam gerakan perang melawan covid. Menyebaluaskan informasi-informasi yang membangkitkan semangat dan harapan bagi masyarakat, sama halnya dengan membantu para pahlawan medis yang sekarang sedang berjuang di garda terdepan.
Penyebaran informasi-informasi negatif terkait covid-19 hanya akan menimbulkan kepanikan. Seluruh elemen bangsa, saatnya harus saling bergadengan tangan menciptakan ketenangan. Informasi tentang kesembuhan pasien-pasien positif covid misalnya, perlu diviralkan. Semakin banyak informasi positif memenuhi ruang publik, semakin tinggi pula harapan kemenangan dalam peperangan melawan covid.
Kisah atas kesembuhan empat pasien positif covid yang dirawat di RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang sebagaimana dilansir dalam laman kompas.com edisi 1 April 2020 membuktikan kebenaran atas teori korelasi positif antara ketenangan dengan kesembuhan dari covid.
Disebutkan, tidak ada obat yang secara khusus diberikan kepada keempat pasien. Selain menerapkan pola hidup sehat dan asupan makanan yang bergizi selama masa isolasi, pasien-pasien tersebut terus diberikan semangat dan harapan. Bahkan disebutkan bahwa kata kunci dari kesembuhan itu adalah suasana kebatinan yang bahagia. Dalam kondisi psikologis yang tenang dan bahagia, maka imunitas tubuh akan meningkat. Imunitas yang meningkat itulah yang mengalahkan virus covid sampai akhirnya hasil tes swab menyatakan negatif covid.
Bawaslu merasa terpanggil untuk turut serta menciptkan ketenangan dan kebahagian publik. Caranya dengan menggerakkan sumber dayanya. Membangun narasi-narasi positif dalam gerakan perang melawan covid.
Tahun 2019 lalu, Bawaslu mendapatkan anugerah penghargaan dari Humas Indonesia sebagai lembaga paling populer di media online. Penghargaan itu dihasilkan dari kerja-kerja kehumasan Bawaslu di semua tingkatan. Termasuk kerja-kerja public relation yang dilakukan jajaran pengawas di negeri ini. Maka dalam ikhtiar mengambil peran menciptakan ketenangan dan kebahagiaan publik, fungsi-fungsi kehumasan Bawaslu, saatnya diarahkan untuk membangun narasi positif.
Gerakan membangun narasi positif itu bisa dilakukan melalui momentum peringatan HUT ke 12 Bawaslu yang akan diperingati tanggal 9 April 2020 mendatang. Tahun ini mengangkat tema: “Bangun Solidaritas Kebangsaan Melawan Covid-19”.
Jika gerakan membangun narasi positif melawan covid bisa dilakukan secara masif, saya berkeyakinan akan mampu menciptakan ketenangan publik. Harapannya grafik kasus covid akan menurun drastis.
Semua tentu berharap negeri ini akan meraih kemenangan dalam perang melawan pandemi. Selanjutnya seluruh anak bangsa meneruskan perjuangan membangun demokrasi. Semoga…!!!